Wednesday, November 21, 2012

RANAH MINANG : Tempo Doeloe "Padang, Gaji Inlander Paling Rendah"


Gemeentewapen van Padang
Lambang Kotapraja Padang di Zaman Belanda

Nederlandsindie.com – Di zaman itu kota Padang, Sumatra Barat, dihuni oleh masyarakat yang dipisahkan menurut undang-undang berdasarkan kelompok etnik, yakni: (a) Eropa, (b) Asing Timur (Cina), dan (c) inlanders (pribumi). Kelompok-kelompok masyarakat ini memiliki hukum dan aturannya sendiri-sendiri, tempat ibadah sendiri, kawasan hunian dan makam/kuburan juga sendiri-sendiri.
Para inlander digaji lebih rendah dibandingkan kelompok Eropa dan Asing Timur, tetapi ongkos hidup mereka juga rendah. Dalam sebuah koran terbitan masa itu, ketika Papa masih berusia 10 tahun, pernah dimuat bahwa pada pertunjukan sirkus harga tiket untuk dewasa Eropa Fl 10 (sepuluh Gulden), anak-anak Fl 5 (lima Gulden) dan inlanders Fl 2,5 (2,5 gulden).
Di Padang dan sekitarnya dengan ibukota Bukkitinggi atau Fort de Kock (dulu) banyak tinggal orang-orang Minang. Mereka ini termasuk penganut matriarchat yang sangat langka di dunia.
Anak-anak keturunan mereka menyandang nama keluarga dari pihak ibu, dan mewarisi harta dari garis keturunan ibu. Mayoritas dari mereka adalah muslim dan itu bisa dilihat pada sebagian besar perempuan yang mengenakan kerudung.
Mereka secara umum kedudukannya tidak lebih rendah dan melakukan pekerjaan sebagaimana laki-laki.
Kawasan di luar Padang sangat subur dan makmur, suatu hal yang tidak terlihat di Padang sendiri. Padang nampak seperti kota tidur, sangat sepi. Lalulintas di dalam kota tidak boleh melebihi kecepatan 40km/jam. Di luar kawasan tempat tinggal kecepatan maksimalnya 70km/jam.
Warga inlander tidak pernah berteriak atau membuat keributan. Semuanya begitu tenang dan damai. Orang-orang setempat umumnya duduk-duduk dengan sikap mereka yang sangat spesifik: berjongkok melamun sambil menghisap rokok kretek. (Clemensjacobusboon)
Sumber; http://www.nederlandsindie.com/padang-gaji-inlander-paling-rendah/

No comments:

Post a Comment