Monday, January 28, 2013

RANAH MINANG : The Great Wall of China vs The Great Wall of Koto Gadang



                                                                                             foto : Erison J. Kambari

Sunday, January 27, 2013

RANAH MINANG : West Sumatra Heritage Rail Trail (Sawahlunto)



Pengembangan jalur ke arah Silo :
Lokomotif uap seri E10 60 yang menari kereta wisata di Sawahlunto hanya beroperasi sekali dalam seminggu. Kereta wisata ini dioperasikan dari stasiun Sawahlunto sampai ke stasiun Muara Kalaban. Dalam perencanaan ke depan, kereta wisata akan dioperasikan sampai ke silo yang terdapat di daerah Saringan. Silo merupakan tempat pengolahan batubara pada zaman Hindia Belanda namun sekarang tidak berfungsi lagi karena kegiatan penambangan batubara tidak lagi berjalan. Namun dari stasiun Sawahlunto masih terdapat rel yang bisa difungsikan kembali sampai ke Silo. Dengan demikian, pengunjung dapat menikmati perjalanan kereta wisata sampai ke Silo dan berhenti sejenak untuk melihat bangunan tersebut.

Penambahan kereta wisata :
Saat ini terdapat 1 buah kereta penumpang yang ditarik lokomotif uap E10 60 dengan kapasitas penumpang sejumlah 35 – 40 orang. Untuk penambahan daya tampung kereta wisata ini, PT Kereta Api (persero) berencana memanfaatkan 1 buah kereta kayu yang tidak terpakai yang berada di depan stasiun Sawahlunto untuk menjadi tambahan kereta wisata. Kondisi saat ini (kereta kayu yang akan dimanfaatkan kembali) tidak berfungsi sama sekali sehingga digunakan oleh tuna wisma sebagai tempat tinggal. Seiring pengembangan kota Sawahlunto menjadi kota tujuan wisata, maka PT Kereta Api (persero) bermaksud memperbaiki kereta kayu tersebut dan memanfaatkan kembali menjadi tambahan kereta wisata yang ditarik lokomotif uap E10 60. kereta kayu berkapasitas 22 orang ini telah dioperasikan sejak awal bulan Februari 2010.



Pemanfaatan bekas kereta menjadi café (restaurant kecil) :
Yang tersisa dari kereta tua ini adalah struktur yang masih kuat berdiri status namun jika dimanfaatkan sebagai kereta penumpang (bergerak) kemungkinan struktur existing tidak lagi berfungsi optimal. Maka kereta tua ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat masyarakat bersosialisasi dan melakukan pertemuan sekaligus menyediakan fasilitas seperti makanan, minuman, koneksi internet, hiburan dan lain-lain. Kereta tua ini dapat dimanfaatkan sebagai restaurant kecil yang unik. Kerangka (stuktur) kereta CR 305 ini sedang dalam proses revitalisasi di Dipo Sawahlunto dan akan dimanfaatkan kembali sebagai restaurant tidak berjalan (statis). Kereta ini akan ditempatkan di depan stasiun Sawahlunto.




                                                                                                       
http://indonesianheritagerailway.com/index.php?option=com_content&view=article&id=137:jalur-kereta&Itemid=&lang=id                                                           
A partnership developed in 2010 between WMF, the Netherlands-based Prince Claus Fund for Culture and Development, and the Indonesia Heritage Trust resulted in assistance for earthquake-stricken historic sites of Padang. Built in 1903, St. Leo Church is a unique example of Gothic revival in Sumatra and the last known remaining neo-Gothic building on the island




http://www.wmf.org/project/padang-heritage-sites

RANAH RANTAU : Jalan-Jalan Jambi



Gerbang Citra Raya City, Jambi




Menara Gentala Arasy di Seberang Sungai Batanghari,Jambi

Ancol, di Tepian Sungai Batanghari Jambi

Jambi Town Square, Jambi

Sunday, January 20, 2013

RANAH RANTAU : JAMBI Part.5 ''Rumah Batu Olak Kemang"


                          


Rumah Batu Olak Kemang merupakan Rumah Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri yang  juga dikenal sebagai Pangeran Wiro Kusumo terletak di sisi utara Sungai Batanghari di Kota Jambi. Tepatnya berada di Jl. KH. Abdul Qodir Ibrahim RT. 02 kelurahan Olak kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.
Rumah yang oleh masyarakat seberang Kota Jambi dikenal sebagai Rumah Batu Olak kemang ini terdaftar oleh Kantor Pariwisata Jambi sebagai tempat wisata, namun situs wisata ini sepertinya hanya sebagai referensi untuk observasi sejarah. Karena di sana belum dirancang khusus sebagai sarana rekreasi.
Rumah Batu Olak Kemang ini merupakan peninggalan seorang penyebar agama Islam di Kota Seberang pada abad ke 18 yaitu Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri atau yang dijuluki PangeranWiro Kusumo. Ketika akan membangun rumah, Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri mendapat banyak saran dari rekannya. Termasuk dari Datuk Sintai, seorang pedagang dari negeri Cina. Lewat tangan Datuk Sintai itu lah rumah yang kini jadi cagar budaya kebanggaan Jambi itu berdiri.
Paduan Cina-Arab, terkesan kental pada bangunan tua ini, dimana terlihat adanya relief naga di dinding bercat putih, disisi kanan terdapat sebuah batu berukiran singa dan bunga. Di pilar bagian dalam, tampak relief bertuliskan huruf-huruf  Arab.




















RANAH RANTAU : JAMBI Part.4 'Perkampungan Tradisional Seberang Kota Jambi'